5 Batasan Dalam Menentukan Definisi Musik (Michael B. Bakan)
Bila kita hanya mendefinisikan musik sebagai “bunyi yang enak didengar” maka akan muncul berbagai macam cara pandang yang berbeda dan sangat beragam. Kata “enak” sangat bersifat subjektif tergantung dari berbagai macam faktor. Ketika mendengarkan bunyi-bunyian sebagian orang mengatakan itu adalah musik, sebagian lainnya mungkin mengatakan bukan musik hanya sekedar bunyi berisik, dan sebagian lainnya dilematis dalam membedakan musik, sekedar kata-kata, atau do’a, bagian kelompok tertentu menyebutkan doa mereka memang berupa musik namun ada pula kelompok tertentu yang melarang dengan keras mengatakan bahwa doa mereka tidak boleh disebutkan bagian daripada musik.
Definisi tentang musik sulit untuk disimpulkan dan dibuat ke dalam satu definisi baku yang yang harus disepakati oleh semua orang. Karena bila dilihat dari proses penciptaannya musik berkembang bersama budaya dalam kelompok masyarakat tertentu, dan budaya setiap negara sangat beragam sehingga karya musik yang dihasilkannya pun beragam pula. Bahkan dalam lingkup yang lebih sempit pun dapat menghasilkan karya musik yang beragam pula, misal di setiap daerah di provinsi jawa barat memiliki beragam jenis musik yang khas di setiap wilayahnya. Bahkan apabila dikaji lebih rinci kita akan menemukan perbedaan dalam budaya yang sama, contohnya alat musik kecapi yang dimiliki oleh seniman-seniman karawitan di jawa barat memiliki perbedaan cara penyetemannya. Nada-nada yang ada pada kecapi “seniman A” mungkin memiliki sedikit perbedaan dengan nada-nada pada kecapi “seniman B” hal itu dikarenakan rasa nada “seniman A” sedikit berbeda dengan rasa nada “seniman B”. Walaupun terdapat perbedaan tidak ada kata mana yang paling benar, karena setiap individu memiliki cara pandang yang berbeda terhadap suatu budaya dan karya seni tergantung dari intuisi masing-masing.
Oleh karena itu mustahil apabila kita mengkaji sebuah definisi tanpa mengetahui peranannya dalam budaya (khususnya definisi yang berkaitan dengan seni), namun bukannya budaya di setiap tempat berbeda? Bukankah setiap individu pun memiliki cara pandang masing-masing terhadap budaya? Ya, itulah sebabnya definisi musik tidak dapat dibuat menjadi satu definisi baku yang dianggap paling benar, karena definisi baik yang diutarakan para ahli maupun pendapat personal merupakan cara pandang mereka masing-masing berdasarkan latar belakang budaya dan intuisi yang dibangun selama hidupnya, dan itu sah-sah saja selama masih dalam koridor keilmuan.
Dengan demikian dirasa perlu untuk membuat beberapa batasan ketika kita akan mempelajari definisi musik, sehingga kita akan memiliki kesamaan persepsi. Berikut ini adalah kutipan dan terjemahan bebas dari buku “ World Music :Traditions and Transformations” karangan Michael B. Bakan seorang professor dari Florida State University.
Mari kita samakan persepsi bahwa :
Bunyi dalam musik bersifat manusiawi, dalam hal ini bunyi dapat diindra dengan baik oleh manusia. Tingkat kekerasan bunyi pun harus bersifat manusiawi, musik dengan intensitas (tingkat kekerasan) dibawah 10 dB yang sulit didengar atau diatas 140 dB yang bisa menghancurkan gendang telingamu bukanlah musik yang manusiawi.
Ada seorang teman yang "seniman" mengatakan; kamu tidak perlu sibuk mencari definisi yang penting berkarya. Namun saya kembalikan; "Apakah arti sebuah karya tanpa definisi"
Professor of Ethnomusicology, Florida State University |
Definisi tentang musik sulit untuk disimpulkan dan dibuat ke dalam satu definisi baku yang yang harus disepakati oleh semua orang. Karena bila dilihat dari proses penciptaannya musik berkembang bersama budaya dalam kelompok masyarakat tertentu, dan budaya setiap negara sangat beragam sehingga karya musik yang dihasilkannya pun beragam pula. Bahkan dalam lingkup yang lebih sempit pun dapat menghasilkan karya musik yang beragam pula, misal di setiap daerah di provinsi jawa barat memiliki beragam jenis musik yang khas di setiap wilayahnya. Bahkan apabila dikaji lebih rinci kita akan menemukan perbedaan dalam budaya yang sama, contohnya alat musik kecapi yang dimiliki oleh seniman-seniman karawitan di jawa barat memiliki perbedaan cara penyetemannya. Nada-nada yang ada pada kecapi “seniman A” mungkin memiliki sedikit perbedaan dengan nada-nada pada kecapi “seniman B” hal itu dikarenakan rasa nada “seniman A” sedikit berbeda dengan rasa nada “seniman B”. Walaupun terdapat perbedaan tidak ada kata mana yang paling benar, karena setiap individu memiliki cara pandang yang berbeda terhadap suatu budaya dan karya seni tergantung dari intuisi masing-masing.
Oleh karena itu mustahil apabila kita mengkaji sebuah definisi tanpa mengetahui peranannya dalam budaya (khususnya definisi yang berkaitan dengan seni), namun bukannya budaya di setiap tempat berbeda? Bukankah setiap individu pun memiliki cara pandang masing-masing terhadap budaya? Ya, itulah sebabnya definisi musik tidak dapat dibuat menjadi satu definisi baku yang dianggap paling benar, karena definisi baik yang diutarakan para ahli maupun pendapat personal merupakan cara pandang mereka masing-masing berdasarkan latar belakang budaya dan intuisi yang dibangun selama hidupnya, dan itu sah-sah saja selama masih dalam koridor keilmuan.
Dengan demikian dirasa perlu untuk membuat beberapa batasan ketika kita akan mempelajari definisi musik, sehingga kita akan memiliki kesamaan persepsi. Berikut ini adalah kutipan dan terjemahan bebas dari buku “ World Music :Traditions and Transformations” karangan Michael B. Bakan seorang professor dari Florida State University.
Mari kita samakan persepsi bahwa :
- 1. Bahan dasar dari segala jenis musik adalah bunyi (dan tidak bunyi/diam)
- 2. Musik merupakan bunyi dan diam yang diatur/diolah dengan berbagai cara
- 3. Pengaturan/pengolahan bunyi dan diam tersebut dilakukan oleh manusia, sehingga merupakan bunyi-bunyian yang terorganisir dan bersifat manusiawi (dapat diindra)
Bunyi dalam musik bersifat manusiawi, dalam hal ini bunyi dapat diindra dengan baik oleh manusia. Tingkat kekerasan bunyi pun harus bersifat manusiawi, musik dengan intensitas (tingkat kekerasan) dibawah 10 dB yang sulit didengar atau diatas 140 dB yang bisa menghancurkan gendang telingamu bukanlah musik yang manusiawi.
- 4. Musik berasal dari niat manusia (bukan suatu ketidaksengajaan-kebetulan), dan dibuat berdasarkan persepsi manusia (dimengerti oleh pembuatnya)
- 5. Istilah musik tidak dapat dipungkiri terkait dengan budaya barat (Western culture) dan penjabarannya tentu terpengaruh oleh asumsi dan cara pandang orang barat terhadap musik.
Ada seorang teman yang "seniman" mengatakan; kamu tidak perlu sibuk mencari definisi yang penting berkarya. Namun saya kembalikan; "Apakah arti sebuah karya tanpa definisi"
No comments:
Post a Comment